BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah asal muasal dari segala macam bentuk
kehidupan di planet bumi ini. Dari air bermula kehidupan dan karena air
peradaban tumbuh dan berkembang. Logika sederhananya, tanpa air peradaban akan
surut dan bahkan kehidupan akan musnah karena planet bumi akan menjadi sebuah
bola batu dan pasir raksasa yang luar biasa panas, masif, dan mengambang di
alam raya menuju kemusnahan. Air menopang kehidupan manusia termasuk kehidupan
dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup di bumi. Karena itulah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan bahwa air merupakan hak azasi
manusia, artinya setiap manusia di muka bumi ini mempunyai hak dasar yang sama
terhadap pemakaian air.
Namun, inilah yang saat ini menjadi pokok masalah
kita, umat manusia. Air secara sangat cepat menjadi sumberdaya yang makin
langka dan tidak ada sumber penggantinya. Walaupun sekitar 70 persen permukaan
bumi ditempati oleh air, namun 97 persen darinya adalah air asin dan tidak dapat
langsung dikonsumsi oleh manusia. Dari jumlah yang sedikit yang mungkin dapat
dimanfaatkan tersebut, manusia masih menghadapi permasalahan yang amat
mendasar. Pertama, adanya variasi musim dan ketimpangan spasial ketersediaan
air. Pada musim hujan, beberapa bagian dunia mengalami kelimpahan air yang luar
biasa besar dibandingkan dengan bagian lain sehingga berakibat terjadinya
banjir dan kerusakan lain yang ditimbulkannya. Pada musim kering, kekurangan
air dan kekeringan menjadi bencana yang mengerikan di beberapa bagian dunia
lainnya yang mengakibatkan terjadinya bencana kelaparan dan kematian.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
SIKLUS
HIDROLOGI
Air
yang terdapat di alam ini tidak
semata-mata dalam bentuk cair, tetapi dapat berubah dalam bentuk padat, serbuk,
dan gas, seperti es, salju dan uap yang terkumpul di atmosfir. Air yang ada di
alam ini
tidaklah statis tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka
panjang air yang tersedia di alam selalu mengalami perpindahan. Penguapan
terjadi pada air laut, danau, sungai, tanah, mau pun tumbuh-tumbuhan melalui
panas matahari. Kemudian lewat suatu proses waktu, air dalam bentuk uap
terkumpul di atmosfir dalam bentuk gumpalan-gumpalan awan hingga mengalami
perubahan dalam bentuk butir-butir air dan butir-butir es. Kemudian butir-butir inilah yang jatuh ke bumi berupa
hujan, es dan salju.
Air
yang jatuh ke bumi akan mengalami beberapa kejadian antara lain:
a. Air
akan segera menguap kembali ke atmosfir (evaporasi)
b. Air
akan membentuk kolam, danau dan sungai kemudian melalui siklus hidup dari
tumbuh-tumbuhan kembali ke atmosfir melalui penguapan dari danau (transpirasi).
c. Air
akan jatuh dalam bentuk salju di pegunungan dan tersimpan di permukaan sampai
mencair kembali kemudianmeresap kedalam tanah.
d. Air
akan merembes melalui permukaan tanah kemudian masuk kedalam tanah atau
lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah tanah (aquifers).
e. Air
akan mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudianmasuk ke dalam sungai.
f. Air
akan terjerat dalam bentuk es di kutub esatau sungai es (gletser).
Kalau
kita kembali pada kejadian pertama dan kedua di atas, tampak bahwa air masuk
kembali kealiran atmosfir sehingga tidak tersedia untuk pengembalian. Sedangkan
dengan kejadian yang lain, air memasuki tahapan-tahapan dari siklus hidrologi
sehingga tersedia untuk manusia sebelum kembali ke atmosfir atau terbuang ke
laut.
Untuk
kepentingan penghuni alam ini proses atau terjadinya sirkulasi hidrologi itu
sendiri yang menyebabakan air akan selalu tersedia untuk manusia. Air yang
jatuh ke bumi sebelum kembali ke atmosfir atau ke laut diharapkan akan dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
manusia. Hal ini akan terlaksana
apabila proses siklus hidrologi itu berjalan stabil, maksudnya jika air jatuh
ke bumi terlebih dahulu meresap ke dalam tanah atau tersimpan di kolam, danau
dan sungai-sungai dalam jumlah yang cukup melimpah, kemudian dimanfaatkan oleh
manusia. Selanjutnya air buangan setelah penggunaan ini akan kembali ke
atmosfir atau ke laut .Apabila proses siklus hidrologi ini terganggu, maksudnya
bila ada kerusakan-kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi, seperti
kerusakan hutan, pemukiman yang padat dan sebagainya. Maka air yang jatuh ke
bumi sebagian besar akan menguap kembali ke atmosfir aatau mengalir
langsung (run-off) ke laut sehingga yang
tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil saja.
Secara
garis besar proses aliran siklus hidrologi ini meliputi:
a. Air
dari permukaan laut menguap yang di sebut “evaporasi”.
b. Air
dari tumbuh-tumbuhan juga yang menguap yang di sebut transpirasi.
c. Peralihan
secara horizontal dari uap air/udara.
d. Presipitasi
(hujan).
e. Run-off
air langsung mengalir ke laut.
Penguapan
dapat dikatakan sebagai awal dari sirkulasi hidrologi. Proses penguapan ini
terjadi melalui energi matahari yang menimpa permukaan air, sehinggga air akan
menguap ke udara dalam bentuk uap gas yang kemudian berkumpul di atmosfir,
membentuk gumpalan-gumpalan awan. Oleh karena 2/3 dari luas permukaan bumi
terdiri dari lautan maka bagian terbesar dari penguapan berasal dari lautan dan
sisanya berasal dari danau,sungai-sungai dan tumbuh-tumbuhan. Uap air dalam
bentuk gas di atmosfir akan mengalami proses perubahan bentuk yang dikenal
dengan kondensasi, yaitu dari gas ke cair membentuk butir-butir air atau salju
yang dikenal dengan proses presipitasi atau hujan. Air yang jatuh ke bumi ini
sebagian mengalir langsung ke laut. Air yang di daratan sebagian akan tampak
dipermukaan tanah berupa danau,mata air dan sungai dan sebagian akan meresap kedalam
tanah membentuk air tanah.
2.
MASALAH
PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Dalam
pengunaan sumber daya air yang terbaik ada permasalahan pokok yang harus
dihadapi, antara lain:
a) Bagaimana
pengalokasian air yang tersedia di antara berbagai sektor?
Air
dimanfaatkan oleh berbagai sektor ekonomi antara lain rumah tangga, industri
dan infrastruktur. Penggunaan air untuk industri diantaranya sebagai bahan
mentah, pendingin, penggelentor kotoran atau sisa industri. Penggunaan air
untuk rumah tangga terdiri dari penggunaan untuk air minum, memasak, mandi,
mencuci dan sebagainya, sedangkan infrastruktur mengunakan air untuk pembangkit
tenaga listrik. Masalah yang terpenting ialah bagaimana mengalokasikan air ke
berbagai sektor guna mendapatkan manfaat sosial optimal. Pengunaan air yang
berlebihan cenderung terjadi pada sektor pertanian. Di samping itu berkaitan
dengan segi bangunan pengatur distribusi air yang seringkali belum memadai. Hal
yang tidak boleh dilupakan dalam pengalokasian air adalah dengan memegang
prinsip “ nilai guna batas” yang sama di antara banyak pengguna.
b) Bagaimana
mendistribusikan air di antara pemakai air?
Masalah
distribusi air di antara pemakai menyangkut pengguna air di masing-masing
sektor. Dari berbagai sektor itu perlu dipikirkan bagaimana cara
mendistribusikannya agar selalu tersedia bagi masing-masing sektor dalam jumlah
yang cukup dan kontinyu. Penggunaan air di antara para pemakai diharapkan
memberikan manfaat yang optimal dengan pedoman “ nilai guna batas” di antara
para pemakai harus sama.
c) Bagaimana
mengalokasikan air itu di antara daerah yang berbeda?
Pendistribusian
di antara daerah-daerah yang berbeda adalah menyangkut begaimana membagi satu
sumber air yang terdapat pada suatu daerah ke daerah-daerah sekitarnya. Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan masing-masing daerah yang perlu diketahui, terutama sekali bagi
daerah yang kering yang segera harus mendapatkan air dari daerah lainnya yang
basah, sehingga cara apa yang harus di tempuh apakah dengan saluran pipa,
saluran irigasi, sungai buatan.
d) Bagaimana
mendistribusikan air di antara waktu?
Masalah
distribusi air di antara waktu menyangkut bagaimana menjaga kapasitas air yang
tersedia agar dalam jangka waktu tertentu selalu dapat memenuhi permintaan.
Terutama yang menyangkut kapasitas penyediaan air bersih untuk perkotaan yang
diukur dalam satuan waktu. Untuk itu perlu memelihara sumber-sumber penyediaan
air, dengan maksud untuk dapat menjaga tersedianya air secara tetap di
masa-masa yang akan datang.
e) Bagaimana
seharusnya pengelolaan air atau siapa pengelola sumber daya air?
Yang
menjadi pengelola air itu adalah pemerintah. Mengingat air adalah barang yang
dibutuhkan oleh setiap orang, maka aspek keadilan perlu mendapat perhatian dari
pemerintah.
3.
MASALAH
PENDISTRIBUSIAN SUMBER DAYA AIR
Di dalam menentukan distribusi air ada
beberapa pedoman. Satu diantaranya adalah prinsip nilai guna batas yang sama
bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Prinsip ini menghendaki
agar sumber daya air dialokasikan secara efisien. Atas dasar “equi marginal
value in use” yaitu penggunaan air pada pemakaian satuan yang terakhir harus
memberikan nilai guna batas (marginal value) yang untuk masing-masing
penggunaan.
Dalam penggunaan air yang sifatnya bersaing
atau substitusi. Misalnya antara penggunaan air untuk industri atau hidropower
dan penggunaan air untuk irigasi. Perlu diketahui bahwa MVU akan menurun
bersamaan dengan jumlah pemakaian air yang meningkat dan sebaliknya akan
meningkat dengan penggunaan air yang semakin sedikit. Prinsip ini menegaskan
bahwa sumberdaya air akan dialokasikan untuk selurih pemakai dan penggunaan
sampai diperoleh nilai penggunaan marginal yang sama dari masing-masing
penggunaan satuan air yang terakhir. Pemakaian akan berhenti pada saat satuan
air yang terakhir memberikan nilai batas yang sama diantara penggunaan yang
bersaingan tersebut. Pada keadaan ini penggunaan air mencapai tingkat yang
paling efisien. Sebagai ukuran dari MVU itu adalah kesediaan membayar dari
masing-masing pihak atas tambahan satuan air terakhir yang dikonsumsi atau MVU1
= MVU2 dalam gambar 11.2.
Irigasi
Industri
B
MVU II MVU
I
0 W*
W 0
Jumlah Air
Gambar 11.2.
Kesediaan Membayar Atas Tambahan Satuan Air
Terakhir Yang Dikonsumsi sebagai Pedoman Alokasi
Sumber Air
Keterangan:
MVU
I : marginal value in use untuk irigasi
MVU
II : marginal value in use untuk
industri
Dalam
gambar 11.2. efisiensi akan tercapai pada perpotongan antara MVU₁ dan MVU₂ dengan jumlah penggunaan air sebesar OW*
untuk sektor irigasi dan O’W* untuk sektor industri dengan nilai batas setinggi
MU*. Jumlah air seluruhnya adalah OO’. Apabila penggunaan air untuk irigasi
sebanyak OW’ dan untuk industri sebanyak O’W’, maka MU disektor irigasi
setinggi BW’ lebih rendah daripada MU disektor industri setinggi AW’, keadaan
seperti ini akan mendorong pengalokasian air ke sektor industri lebih banyak
lagi dan mengurangi pengalokasian air disektor pertanian sampai pada distribusi
air yang paling efisien tercapai yaitu pada OW* untuk irigasi dan O’W* untuk sektor
industri.
Dalam
penggunaan yang komplementer , misalkan antara penggunaan air untuk tenaga
pembangkit listrik ( PLTA) dan penggunaan air untuk irigasi. Keduanya secara
bersama-sama bersaing dengan penggunaan air ntuk keperluan irigasi. Dalam
hubungannya dengan prinsip nilai guna batas yang sama diantara berbagai
penggunaan, maka dalam hal ini MVU dari kelompok pemakai yang komplementer
harus dijumlahkan dulu untuk membentuk suatu marginal value in use gabungan
(MVUj) untuk dibandingkan dengan MVU dari penggunaan yang bersaing. Jadi dengan
contoh penggunaan diatas, maka prinsip nilai guna batas yang sama diantara
penggunaan akan dicapai bilamana MVU PLTA bersama-sama dengan industri akan
sama dengan MVU irigasi. Atau kalau kita masukkan unsur biaya dalam analisa
kita, maka jumlah MVU yang komplementer akan sama dengan biaya marginal ( MC),
atau MVU₁ = MVU₁
= MC. Pembentukan MVU₁
dalam grafik akan tampak sebagaimana dalam gambar 11.3.
Dari
kedua uraian diatas perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada adanya
pembentukan MVU gabungan pada penggunaan yang komplementer dan kemudian untuk
penggunaan yang optimal MVU gabungan ini dihadapkan dengan penggunaan yang
bersaing dengannya atau dihubungkan dengan biaya marginal ( MC ). Hal ini
mengingat prinsip pencapaian keuntungan yang maksimal yaitu penerimaan atau
manfaat marginal harus sama dengan biaya marginal dan sama dengan harga.
0 A jumlah air 0
Gambar 11.3.
Alokasi
Sumberdaya Air antara Kegiatan yang Bersaing dan Kegiatan yang Komplementer
4.
PENENTUAN
HARGA AIR
Perbedaan harga air tidak selalu mencerminkan adanya
diskriminasi harga, karena pada dasarnya harga air itu selalu sama untuk semua
macam penggunaan maupun semua macam pemakai, yaitu bila pendistribusiannya
dikaitkan dengan prinsip equimarginal value in use. Perbedaan harga air hanya
akan terjadi karena adanya perbedaan dari segi biaya yang harus dibebankan atau
ditanggung oleh konsumen. Selanjutnya penentuan harga bagi konsumen akan
berbeda-beda karena adanya perbedaan biaya marginal, bukan karena diskriminasi
harga.
Namun demikian tidak menutup adanya kemungkinan
diskriminasi harga dalam hal air ini. Diskriminasi harga mungkin akan dikenakan
kepada konsumen sebagai upaya perusahaan untuk menyerap sebagian surplus
konsumen. Misalkan perusahaan air minum (PAM) memungut satu tarif bagi 100 m3
air pertama per periode waktu, kemudian memungut harga yang lebih rendah
bagi 50 m3 berikutnya dan kemudian memungut harga yang lebih rendah
lagi bagi semua tambahan m air selebihnya. Seandainya konsumen memakai air
sebanyak 200 m3 selama satu bulan, maka ia harus membayar sebanyak 100 Pa1
+50Pa2+50Pa3, dimana P adalah harga air dan P a1>P
a2>P a3. Jika tanpa diskriminasi harga, maka konsumen
hanya akan membayar sebesar 200P. Ini berarti dengan diskriminasi harga
konsumen akan membayar lebih banyak, yaitu (100P a1 +50P a2+50P
a3)>200P a3. Selisih dari keduanya menunjukkan
besarnya surplus konsumen yang diserap oleh perusahaan air minum. Apabila kita
memperhatikan uraian di atas, maka sesungguhnya akan terdapat hanya satu harga
saja bagi semua konsumen atau pemakai air. Perbedaan harga terjadi hanya karena
perbedaan jumlah yang dikonsumsi. Model diskriminasi harga ini dalam teori
ekonomi mikro dikenal dengan diskriminasi harga derajat dua. Diskriminasi harga
semacam ini akan merangsang konsumen untuk mengkonsumsi air lebih banyak lewat
potongan harga, yaitu semakin banyak air yang dibeli akan semakin banyak pula
potongan harganya.
Dalam harga produksi air akan diadakan pembagian biaya
berdasarkan klasifikasi dari Hopkinsons, yang menurut anggapannya biaya
produksi air bervariasi pada tiga dimensi, yaitu pada jumlah langganan, pada
kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk
melayani daerah yang berbeda-beda dan pada jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar
klasifikasi tersebut, maka biaya produksi dibedakan kedalam biaya kapasitas,
biaya langganan, dan biaya penyerahan.
Untuk penentuan harga air ada dua cara yaitu atas
dasar Marginal Cost Pricing dan atas dasar Average Cost Pricing. Dua hal yang
harus dipertimbangkan yaitu pertimbangan laba dan pertimbangan distribusi untuk
lebih banyak barang tersedia dalam masyarakat. Agar kerugian perusahaan tidak
berjalan terus, ada beberapa cara yang dapat ditempuh yaitu :
a.
Melalui pemberian subsidi oleh
pemerintah
b.
Berusaha untuk menyerap sebagian dari
consumer surplus
c.
Dengan system dua tariff
d.
Dengan diskriminasi harga
5.
PENGELOLAAN
SDA
Pengelolaan sumberdaya air semakin hari semakin
dihadapkan ke berbagai
permasalahan. Permasalahan umum dalam pengelolaan sumber daya air pada dasarnya
terdiri atas 3 aspek yaitu terlalu banyak air, kekurangan air dan pencemaran
air. Peningkatan kebutuhan akan air telah menimbulkan eks-ploitasi sumber daya
air secara berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan
sumber daya air yang pada gilirannya menurunkan kemampuan pasokan air. Gejala
degradasi fungsi lingkungan sumber daya air ditandai dengan fluktuasi debit air
di musim hujan dan kemarau yang semakin tajam, pencemaran air, berkurangnya
kapasitas waduk dan lainnya. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan secara
holistic, untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah,
antar sektor, dan antar generasi. Semua pihak terkait perlu dilibatkan dalam
setiap tahap pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya air dari tahap
perencanaan sampai dengan operasi dan pemeliharaan. Dalam pengelolaan sumber
daya air, pemerintah daerah tidak boleh memandang air hanya sebagai komoditas
ekonomi tetapi perlu mempertimbangkan fungsi sosialnya. Pemakai air perlu
memberikan kontribusi biaya pengelolaan air, dengan prinsip pembayaran pengguna
dan pembayaran polusi serta adanya subsidi silang.
BAB
III
Kesimpulan
Air
yang jatuh ke bumi akan mengalami beberapa kejadian antara lain:
a. Air
akan segera menguap kembali ke atmosfir (evaporasi)
b. Air
akan membentuk kolam, danau dan sungai kemudian melalui siklus hidup dari
tumbuh-tumbuhan kembali ke atmosfir melalui penguapan dari danau (transpirasi).
c. Air
akan jatuh dalam bentuk salju di pegunungan dan tersimpan di permukaan sampai
mencair kembali kemudianmeresap kedalam tanah.
d. Air
akan merembes melalui permukaan tanah kemudian masuk kedalam tanah atau
lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah tanah (aquifers).
e. Air
akan mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudianmasuk ke dalam sungai.
f. Air
akan terjerat dalam bentuk es di kutub esatau sungai es (gletser).
Dalam
pengunaan sumber daya air yang terbaik ada permasalahan pokok yang harus
dihadapi, antara lain:
1. Bagaimana
pengalokasian air yang tersedia di antara berbagai sektor?
2. Bagaimana
mendistribusikan air di antara pemakai air?
3. Bagaimana
mengalokasikan air itu di antara daerah yang berbeda?
4. Bagaimana
mendistribusikan air di antara waktu?
5. Bagaimana
seharusnya pengelolaan air atau siapa pengelola sumber daya air?
Dalam
harga produksi air akan diadakan pembagian biaya berdasarkan klasifikasi dari
Hopkinsons, yang menurut anggapannya biaya produksi air bervariasi pada tiga
dimensi, yaitu pada jumlah langganan, pada kapasitas untuk menyediakan dalam
arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan
pada jarak pengiriman atau penyerahan
air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, maka biaya produksi
dibedakan kedalam biaya kapasitas, biaya langganan, dan biaya penyerahan.
Pendistribusian sumber daya air juga menjadi salah satu fokus permasalahan di negeri ini. Jika segera tak teratasi akan menjadi masalah yg terbengkalai. Namun biar bagaimana pun sosok Pak Prabowo dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan sumber daya air sesuai visi transformasi bangsa.
BalasHapus