Majalah bisnis
terkemuka AS, Global Finance, belum lama merilis negara-negara terkaya
dan termiskin di dunia. Dari 182 yang masuk daftar negara miskin dan
kaya, disebut bahwa Qatar adalah negara paling kaya dan Republik Kongo
adalah negara termiskin.
Metode yang digunakan untuk menentukan kekayaan negara adalah
membandingkan standar hidup penduduk satu negara secara keseluruh dengan
menggunakan produk domestik bruto (PDB) per kapita yang didasarkan pada
paritas atau keseimbangan daya beli secara internasional.
Ini mengukur standar hidup antar negara dengan menggunakan indikator
biaya hidup relatif, inflasi, serta nilai tukar suatu negara yang
dikonversi ke mata uang bersama (dolar internasional atau dolar AS).
Dari hasil survei itu disimpulkan bahwa Kawasan paling miskin di
dunia terbanyak terjadi di benua Afrika, benua yang kerap mengalami
bencana kelaparan, serta sering menghadapi konflik berkepanjangan, baik
berupa pemberontakan dan perang saudara.
Sementara itu, sebanyak 1 persen orang terkaya dunia menguasai 40
persen aset global, bahkan 10 persen orang terkaya dunia menguasai 85
persen aset dunia. Sebaliknya, Bank Dunia mencatat pada 2008 sebanyak
1,4 miliar orang hidup dengan US$1,25 per hari. Itu mencakup hampir 15
persen dari populasi dunia atau hampir 1 miliar orang. Meski begitu,
sejak 2001 sebanyak 192 negara anggota PBB mulai mengikuti program
“Millennium Development Goal” dengan tujuan memberantas kemiskinan
ekstrim dan kelaparan.
Jumat, 31 Agustus 2012
Empat Lilin
Ada 4 lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis meleleh.Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah
percakapan mereka
Yang pertama berkata: “Aku adalah keindahan.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Kasih Sayang.” “Sayang akutak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku,untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah Cinta” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.”“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya. “Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar,
dan melihat ketiga Lilin telah padam.Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekhapa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Akutakut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: Jangan takut, Janganlah menangis,selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
Akulah H A R A P A N “Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilinlainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah H A R A P A N.yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Keindahan, Kasih Sayangdan Cinta dengan HARAPAN-Nya…
Keadaan Ekonomi Indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang tidak bisa
dibiarkan begitu saja, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi
sering menjadi target kebijakan pemerintah. Inflasi tinggi begitu penting untuk
diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan
ketidakstabilan, pertumbuhanekonomi yang lambat, pengangguran yang selalu
meningkat. Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu
dihadapi setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah
ini berbeda di antara satu waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula
dari satu negara ke negara lain.
Tingkat inflasi yaitu
persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah
ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang
rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2
sampai 4 persen. Sering sekali inflasi yang lebih
serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5 sampai 10 persen atau
sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau
ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang
kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi.
Akibat buruk inflasi
pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa
inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi
pertumbuhan ekonomie. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh
kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan
akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan menyebabkan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasi lebih serius
keadaannya perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman beberapa Negara
yang pernah mengalami hiperinflasi menunjukkan bahwa inflasi yang buruk
akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah
proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja
(15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.
Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa
sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena
sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Neraca pembayaran intenasional suatu negara yang biasanya disebut juga neraca pembayaran, neraca pembayaran luar negeri, balance of payment biasa didefinisikan sebagai suatu ringkasan pernyataan atau laporan yang pada intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk Negara lain, dan kesemuanya dicatat dengan metode dan dalam kurun waktu tertentu. Pada umumnya jangka waktu yang digunakan adalah satu tahun. Oleh karena hal diatas maka di dalam tugas ini penyusun sebagai penulis memberi judul “kondisi ekonomi sesudah dan sebelum krisis.“
Neraca pembayaran intenasional suatu negara yang biasanya disebut juga neraca pembayaran, neraca pembayaran luar negeri, balance of payment biasa didefinisikan sebagai suatu ringkasan pernyataan atau laporan yang pada intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk Negara lain, dan kesemuanya dicatat dengan metode dan dalam kurun waktu tertentu. Pada umumnya jangka waktu yang digunakan adalah satu tahun. Oleh karena hal diatas maka di dalam tugas ini penyusun sebagai penulis memberi judul “kondisi ekonomi sesudah dan sebelum krisis.“
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diangkat dalam tugas ini adalah mengenai pengertian inflasi beserta pembagian ,
dampak- dampaknya terhadap partumbuhan ekonomi dan teori apa saja yang termasuk
dalam inflasi, pengertian pengangguran, pengertian pertumbuhan dan pengertian
neraca pembayaran dan apa-apa saja hubungan antara satu dengan yang lain. Karena
dalam masalah ini membahas yang terdapat dalam Indonesia , maka disajikan
gambaran inflasi yang terjadi di indonesia. Dalam rumusan ini juga membahas
mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi dan cara menghitung pertumbuhan ekonomi
yang ada di indonesia. Dan kaitan ataupun hubungan antara inflasi , pertumbuhan
ekonomi,pengangguran dan neraca pembayaran.
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini akan
dibatasi pada kasus perekonomian Indonesia periode tahun sebelum Negara Indonesia mengalami krisis global yaitu
mulai tahun 1990 sampai tahun 1997 dan periode tahun sesudah Negara Indonesia
mengalami krisis global yaitu mulai tahun 1999 sampai 2010 . Adapun variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran dan neraca perdagangan
beserta hubungan ketiga masalah tersebut
setelah dilakukan perhitungan melalui model Ewiews 6.1.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimanakah hubungan
atau keterkaitan antara inflasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan neraca pembayaran dalam suatu kasus yang terjadi di negara Indonesia.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai :
1.Suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang diperoleh
diperkuliahan kedalam praktek yang sesungguhnya.
2. Memberikan gambaran
mengenai inflasi terhadap pertumbuhan perekonomian, tingkat pengangguran dan neraca pembayaran sumatera utara bagi mahasiswa dan peneliti lainnya sebagai masukan dan
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terhadap penelitian yang akan
datang.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
Berisi tentang deskripsi
dan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II. Tinjauan Umum Subyek
Penelitian.
Bab ini berisi mengenai
uraian/ deskripsi/ gambaran secara umum dari keadaan inflasi, pertumbuhan ekonomi, penggangguran dan neraca pembayaran
BAB III. Metode Penelitian, Analisis dan
pembahasan
Berisi tentang data,
sumber data, dan metode perhitungan serta model pengujian yang akan dilakukan
terhadap data-data yang diperoleh serta berisi tentang pengujian atas data-data
yang diperoleh serta analisa dan pembahasan lebih lanjut melalui
model yang telah ditentukan.
BAB IV. Penutup
Bab ini berisi dua hal :
1. Kesimpulan
Bagian ini berisi
tentang kesimpulan yang diambil sebagai jawaban atas rumusan masalah.
2.Saran
Bagian ini berisi
tentang saran praktis apa yang
dimunculkan sebagai masukan atas hasil penelitian yang telah dilakukan
BAB
II
PEMBAHASAN
v PENGANGGURAN
2.1 Definisi Inflasi
Inflasi adalah suatu
keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang
berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.
Menurut (Sri Mulyani, 2007). Inflasi merupakan salah
satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua
Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga untuk
menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau
mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang – barang lain (Boediono, 1995).
Menurut A.P. Lehner, inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan
permintaan( Excess Demand ) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Sementara
itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagaisuatu kenaikan harga yang terus
menerus dari barang dan jasa secara umum (bukansatu macam barang saja dan
sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan
sebagai inflasi (Iswardono, 1990).
2. 2 Jenis Inflasi
Inflasi dapat
digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, parah dan tidaknya inflasi
tersebut dan menurut asal terjadinya.
1).
Menurut Sifatnya
Inflasi menurut sifatnya
digolongkan dalam tiga kategori yaitu :
a.
Inflasi Merayap
Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan dalam jangka waktu yang
relatif lama (di bawah 10% per tahun).
b.
Inflasi Menengah
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktuyang
relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.
c. Inflasi Tinggi
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak
lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga
ingin
ditukar dengan barang. Perputaran uang
makin cepat, sehingga harga naik secara akselerasi.
2)
Menurut Sebabnya
a.Demand Pull Inflation
Inflasi ini bermula dari
adanya kenaikan permintaan total (agregat demand). Sedangkan produksi telah
berada pada keadaan kesempatan kerja penuhatau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
Apabila kesempatan kerja penuh (full employment) telah tercapai,
penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akanmenaikkan harga saja (sering
disebut dengan Inflasi murni). Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan
keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP padakesempatan kerja penuh maka
akan terdapat adanya inflationary gap. Inflationary gap inilah yang akan
menyebabkan inflasi.
b. Cost Push Inflation
Berbeda dengan demand-pull
inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini
timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya
produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor diantaranya :
- perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
- Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
- Kenaikan harga bahan baku industri.
3)
Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut
1. Inflasi ringan (dibawah
10% setahun)
2. Inflasi sedang (antara
10%-30% setahun)
3. Inflasi berat (antara
30%-100% setahun)
4. Hiperinflasi ( diatas
100% setahun )
4)
Penggolongan Inflasi menurut asalnya (Boediono, 1985 : 164-165) :
a. Domestic Inflation
Inflasi yang berasal
dari dalam negeri sendiri ini timbul antara lain karenadefisit anggaran belanja
yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa juga disebabkan oleh
gagal panen.
b. Imported Inflation
Inflasi yang berasal
dari luar negeri ini timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau
negara-negara langganan berdagang. Penularan inflasi dariluar negeri ke dalam
negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negarayang menganut
perekonomian terbuka, yaitu sektor perdagangan luar.
II. DATA INFLASI
Dalam masalah ini juga kita dapatkan data inflasi selama 8 tahun yakni 1990
sampai dengan 1997 yang terjadi di Indonesia sebelum terjadinya krisis :
Tahun
|
Tingkat
inflasi (%)
|
1990
|
9.53
|
1991
|
9.52
|
1992
|
4.94
|
1993
|
9.77
|
1994
|
9.24
|
1995
|
8.64
|
1996
|
6.47
|
1997
|
11.05
|
Sebelum terjadi
krisis Pada tahun 1990 Indonesia mengalami inflasi sebanyak 9.53 % dan menurun
pada tahun 1991 sebesar 9.52 % dan pada tahun 1992 inflasi Negara Indonesia
semakin menurun yaitu sebesar 4.94 % dilanjutkan semakin melonjaknya pada tahun
1993 yaitu sebesar 9.77% dan menurun pada tahun 1994 yaitu sebesar 9.24 % dan
menurun juga pada tahun 1995 sebesar 8.64 % dan makin menurun juga pada tahun
1996 yaitu sebesar 6.47 %, dan pada tahun 1997 meningkatnya inflasi Negara
Indonesia yaitu sebesar 11.05%
Dalam masalah ini juga kita dapatkan data inflasi selama 12 tahun yakni
1999 sampai dengan 2010 yang terjadi di Indonesia sesudah krisis terjadinya krisis :
Tahun
|
Tingkat
inflasi (%)
|
1999
|
2.01
|
2000
|
9.35
|
2001
|
12.55
|
2002
|
10.03
|
2003
|
5.06
|
2004
|
6.40
|
2005
|
17.11
|
2006
|
6.60
|
2007
|
6.59
|
2008
|
11.06
|
2009
|
2.78
|
2010
|
6.96
|
Sesudah terjadi krisis pada tahun 1999 inflasi di
Negara Indonesia sebesar 2.01% dan dilanjutkan seiring melonjaknya kenaikan pada tahun 2000 yaitu sebesar 9.3
% dan makin meningkat pada tahun 2001 sebesar 12.5 % dan menurun pada tahun
2002 yaitu 10.03% dan makin menurun pada
tahun 2003 sebesar 5.06% dan meningkat pada tahun 2004 sebesar 6.40%, dan makin
melonjak pada tahun 2005 sebesar 17,11% dan menurun pada tahun 2006 dan 2007
sebesar 6.60% dan 6.59%. dan pada tahun 2008 meningkat sebesar 11.06% dan makin
menurun pada tahun 2009 sebesar 2.78% dan makin meningkat pada tahun 2010
sebesar 6.96%.
v PERTUMBUHAN
EKONOMI
2.1 Defenisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.
2.2 Teori Pertumbuhan
Ekonomi Historis
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli
sebagai berikut:
1.1.Werner
Sombart
Menurut
Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan:
§ Masa perekonomian tertutup
Pada
masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen
sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini
memiliki ciri-ciri:
1.
Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
sendiri
2.
Setiap individu sebagai produsen sekaligus
sebagai konsumen
3.
Belum ada pertukaran barang dan jasa
§ Masa kerajinan dan pertukangan
Pada
masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut
tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai
dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran
barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh
tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi
kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai
berikut:
§ Meningkatnya
kebutuhan manusia
§ Adanya
pembagian tugas sesuai dengan keahlian
§ Timbulnya
pertukaran barang dan jasa
§ Pertukaran
belum didasari profit motive
§ Masa kapitalis
Pada
masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya kaum
kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh
kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah
bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat
masa sebagai berikut:
§ Tingkat prakapitalis
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Kehidupan masyarakat masih statis
2.
Bersifat kekeluargaan
3.
Bertumpu pada sektor pertanian
4.
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
5.
Hidup secara berkelompok
§ Tingkat kapitalis
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Kehidupan masyarakat sudah dinamis
2.
Bersifat individual
3.
Adanya pembagian pekerjaan
4.
Terjadi pertukaran untuk mencari
keuntungan
§ Tingkat kapitalisme raya
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Usahanya semata-mata mencari keuntungan
2.
Munculnya kaum kapitalis yang memiliki
alat produksi
3.
Produksi dilakukan secara masal dengan
alat modern
4.
Perdagangan mengarah kepada ke persaingan
monopoli
5.
Dalam masyarakat terdapat dua kelompok
yaitu majikan dan buruh
§ Tingkat kapitalisme akhir
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
1.
Munculnya aliran sosialisme
2.
Adanya campur tangan pemerintah dalam
ekonomi
3.
Mengutamakan kepentingan bersama
Menurut
Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat
tahap sebagai berikut:
1.
Masa berburu dan pengembaraan
2.
Masa beternak dan bertani
3.
Masa bertani dan kerajinan
4.
Masa kerajinan, industri, perdagangan
1.2 Karl Butcher18471930
Menurut
Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat
tingkatan sebagai berikut:
1.
Masa rumah tangga tertutup
2.
Rumah tangga kota
3.
Rumah tangga bangsa
4.
Rumah tangga dunia
W.W.Rostow
mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The
Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian
dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:
§ Masyarakat
Tradisional (The Traditional Society)
1.
Merupakan masyarakat yang mempunyai
struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas.
2.
Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi
modern
3.
Terdapat suatu batas tingkat output per
kapita yang dapat dicapai
§ Masyarakat
pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off)
1.
Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi
dimana masyarakat sedang berada dalam proses transisi.
2.
Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan
modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di
bidang industri.
§ Periode
Lepas Landas (The take off)
1.
Merupakan interval waktu yang diperlukan
untuk emndobrak penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.
2.
Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi diperluas
3.
Tingkat investasi yang efektif dan tingkat
produksi dapat meningkat
4.
Investasi efektif serta tabungan yang
bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional.
5.
Industri-industri baru berkembang dengan
cepat dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi dengan cepat.
§ Gerak
Menuju Kedewasaan (Maturity)
1.
Merupakan perkembangan terus menerus
daimana perekonoian tumbuh secaa teratur serta lapangan usaha bertambah luas
dengan penerapan teknologi modern.
2.
Investasi efektif serta tabungan meningkat
dari 10 % hingga 20 % dari pendapatan nasional dan investasi ini
berlangsung secara cepat.
3.
Output dapat melampaui
pertamabahn jumlah penduduk
4.
Barang-barang yang dulunya diimpor, kini
sudah dapat dihasilkan sendiri.
5.
Tingkat perekonomian menunjukkkan
kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pada masa take off dengan penerapan teknologi
modern
§ Tingkat
Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
1.
Sektor-sektor industri emrupakan sektor
yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah produksi barang-barang
konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.
2.
Pendapatn riil per kapita selalu meningkat
sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui
kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan.
3.
Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata
nasional tinggi.
4.
Pendapatan nasional yang tinggi dapat
memenuhi tingkat konsumsi tinggi.
2.2. Teori Klasik dan
Non Klasik
§ Teori
Klasik
Teori
Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada
adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan
terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam
bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations.
Ricardo
berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi
dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah.
Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut
hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian
akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan
dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.
§ Teori
Neoklasik
Robert
Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang
bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil
atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat
berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk
harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. b. Harrord Domar Teori ini
beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini
juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja.
2.3. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
§ Faktor
Sumber Daya Manusia
Sama
halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
§ Faktor
Sumber Daya Alam
Sebagian
besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
§ Faktor
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,
kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan
dan pada akhirnya sberakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
§ Faktor
Budaya
Faktor
budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur,
ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
§ Sumber
Daya Modal
Sumber
daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.
II.
DATA PERTUMBUHAN EKONOMI
Data
pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai tahun 1990 sampai 1997 sebelum Negara
Indonesia mengalami krisis global.
Tahun
|
Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi (%)
|
1990
|
9.00
|
1991
|
8.92
|
1992
|
7.22
|
1993
|
7.25
|
1994
|
7.53
|
1995
|
8.21
|
1996
|
7.82
|
1997
|
4.70
|
Data
pertumbuhan ekonomi indonesia mulai tahun 1999 sampai tahun 2010 sesudah Negara
Indonesia mengalami kriss global.
Tahun
|
Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi (%)
|
1999
|
0.8
|
2000
|
4.9
|
2001
|
3.64
|
2002
|
4.50
|
2003
|
4.72
|
2004
|
5.03
|
2005
|
5.69
|
2006
|
5.50
|
2007
|
6.35
|
2008
|
6.02
|
2009
|
4.63
|
2010
|
6.20
|
v PENGANGGURAN
2.3.Defenisi pengangguran
• Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Jenis
pengangguran
- Berdasarkan Penyebab Terjadinya
- Pengangguran Konjungtur / Siklis : Pengangguran yang berkaitan dengan turunnnya perekonomian suatu negara.
- Pengangguran Struktural : Pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur atau perubahan komposisi perekonomian.
- Pengangguran Frisksional : Pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pemberi kerja dan pelamar kerja.
- Pengangguran Musiman : Pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.
- Berdasarkan Menurut Lama Waktu Kerja
- Pengangguran Terbuka : Situasi dimana orang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan.
- Setengah Menganggur : Situasi dimana orang bekerja tapi tenaganya termanfaatkan diukur dari curahan jam kerja, produktivitas kerja, dan penghasilan yang diperoleh.
- Pengangguran terselubung : Situasi dimana tenaga kerja tidak bekerja secara optimal. Dikarenakan ketidaksesuaian antara pekerjaan dan kemampuan.
Dampak
Pengangguran
- Pendapatan Nasional dan Pendapatan Per Kapita. Pendapatan nasional dapat dihitung dari pendapatan yang diterima pekerja. Jadi dapat dikatakan apabila tingkat pengangguran tinggi maka nilai komponen pendapatan semakin kecil dan mempengaruhi pendapatan nasional. Pendapatan per kapita pun seperti itu. semuanya dipengaruhi dengan pendapatan nasional.
- Penerimaan Negara. Pajak merupakan bagian penerimaan negara. Pajak penghasilan pun merupakan salah satu pemasukan negara. Dengan tingginya pengangguran maka pendapatan negara di bidang pajak penghasilan akan berkurang.
- Beban Psikologis. Semakin lama orang menganggur, akan semakin besar beban psikologis yang ditanggung.
- Beban Sosial. Semakin besar penganggur. Semakin besar juga biaya sosial yang keluar. Biaya medis, keamanan, dll. menjadi pengeluaran yang otomatis sejalan dengan kehidupan penganggur.
Cara
Mengatasi Pengangguran
- Peningkatan daya beli masyarakat.
- Pengadaan proyek bersifat umum.
- Pengadaan pendidikan dan pelatihan untuk penambahan kualitas tenaga kerja.
- Pemberitahuan informasi tentang lowongan kerja.
- Bursa lowongan kerja untuk mempertemukan pekerja dan pekerjaan.
II. DATA PENGANGGURAN
Data
pengangguran Negara Indonesia mulai tahun 1990 sampai 1997 sebelum Negara
Indonesia mengalami krisis global.
Tahun
|
Tingkat
Pengangguran (%)
|
1990
|
2.51
|
1991
|
2.59
|
1992
|
2.74
|
1993
|
2.76
|
1994
|
4.46
|
1995
|
3.52
|
1996
|
4.06
|
1997
|
4.60
|
Data
pertumbuhan ekonomi indonesia mulai tahun 1999 sampai tahun 2010 sesudah Negara
Indonesia mengalami kriss global.
Tahun
|
Tingkat
Pengangguran (%)
|
1999
|
6.36
|
2000
|
6.08
|
2001
|
8.10
|
2002
|
9.09
|
2003
|
9.57
|
2004
|
9.86
|
2005
|
10.26
|
2006
|
10.28
|
2007
|
9.12
|
2008
|
8.39
|
2009
|
7.87
|
2010
|
7.41
|
v
NERACA PEMBAYARAN
4.1 Pengertian Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran intenasional suatu negara yang biasanya
disebut juga neraca pembayaran, neraca pembayaran luar negeri, balance of
payment biasa didefinisikan sebagai suatu ringkasan pernyataan atau laporan
yang pada intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk
Negara lain, dan kesemuanya dicatat dengan metode dan dalam kurun waktu
tertentu. Pada umumnya jangka waktu yang digunakan adalah satu tahun.
Transaksi-transaksi dalam neraca pembayaran intemasional
perlu dibedakan transaksi-transaksi mana yang merupakan transaksi kredit dan
transaksi mana yang merupakan transaksi debet. Karena tanpa adanya pembedaan
ini suatu neraca pembayaran intenasional tidak akan mempunyai arti sama sekali.
Dalam kita menggolong-golongkan transaksi-transaksi intenasional ke dalam
transaksi kredit dan transaksi debet, prinsip-prinsip yang perlu kita
perhatikan adalah (Soediyono, 1991:58):
a. Suatu transaksi merupakan transaksi kredit, apabila
transaksi tersebut timbulnya atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang
mempunyai neraca pembayaran internasional
tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain.
b. Suatu transaksi merupakan transaksi debit, apabila
transaksi tersebut mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya kewajiban bagi
penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan
pembayaran kepada penduduk negara lain.
Selain itu, neraca pembayaran masih memerlukan beberapa
penjelasan lebih lanjut, dengan alasan Pertama, adalah terlalu sulit
untuk membayangkan bahwa jutaan transaksi yang berlangsung setiap tahun antara
penduduk suatu Negara dengan penduduk dari Negara lain dapat dicatat dengan
lengkap dan detail pada neraca pembayaran. Dalam prakteknya, yang tercatat
dalam neraca pembayaran hanya sekedar rangkuman dari setiap transaksi yang
masing-masing diketegorikan dalam pos-pos tertentu demi memudahkan pencatatan
dan pengolahannya. Sebagai sebuah ringkasan, data-data yang terdapat pada
neraca pembayaran merangkum seluruh kegiatan perdagangan dan ekonomi pada
umumnya dalam beberapa jenis transaksi yang kemudian dibakukan sebagai standart
penyusunan neraca pembayaran. Kedua, neraca pembayaran juga memuat
transaksi-transaksi di mana penduduk dari Negara lain tidak secara langsung
terlibat, misalnya ketika bank sentral dari Negara yang bersangkutan menjual
sebagian asset-aset cedangan internasionalnya kepada bank-bank komersial
domestic.
Transaksi internasional diartikan sebagi aktivitas
pertukaran barang, jasa, atau asset antara penduduk dari suatu Negara dengan
penduduk dari Negara lain. Istilah penduduk di sini tidak hanya menunjuk pada
individu, namun juga perusahaan, unit-unit ekonomi pada umumnya, dan bahkan pemerintah.
Namun, hadiah dan beberapa bentuk transfer (yang tidak disertai dengan
pembayaran) juga dimasukkan dalam pencatatan neraca pembayaran dari suatu
Negara. Agar tidak menimbulkan kerancuan, pengertian penduduk dari suatu Negara
perlu diperjelas lebih jauh. Para diplomat, personil militer, wisatawan, dan
para pekerja migrant musiman tetap dihitung sebagi penduduk dari Negara
asalnya. Demikian pula, sebuah perusahaan dianggap sebagai penduduk dari Negara
di mana ia berasal, akan tetapi cabang-cabang dan anak-anak perusahaannya yang
tersebar di Negara-negara lain dihitung sebagai penduduk di Negara di mana
mereka berada. Hal penting lainnya yang perlu diingat adalah setiap neraca
pembayaran senantiasa memiliki dimensi waktu. Artinya apa yang dicatat di situ
adalah arus pertukaran barang, jasa, hadiah, dan asset antara penduduk dari
suatu Negara dengan penduduk dari Negara lain dalam kurun waktu tertentu.
4.1 Komponen Neraca Pembayaran Internasional
Pada dasamya neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen.
Komponen pertama adalah neraca perdagangan {balance of trade), yang merupakan
selisih nilai ekspor dan nilai impor barang. Neraca perdagangan yang mengalami
surplus berarti bahwa ekspor barang lebih besar daripada impor barang. Jika
negatif berarti nilai impor barang lebih besar daripada nilai ekspornya.
Komponen kedua adalah neraca jasa yang merupakan selisih antara ekspor jasa dan
impor jasa. Neraca jasa positif menunjukkan bahwa ekspor jasa lebih besar
daripada impor jasa, bemilai negatif bila impor jasa lebih besar dari
ekspornya. Apabila neraca perdagangan dan neraca jasa digabung, akan diperoleh
neraca transaksi berjalan atau current account.
1.
Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)
Neraca transaksi berjalan adalah gabungan dari neraca
perdagangan dan neraca jasa. Neraca transaksi berjalan (current account)
mencatat segenap arus perdagangan barang dan jasa serta transfer unilateral
(satu arah). Kategori utama transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi
untuk jasa perjalanan dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas
investasi asing, serta transaksi-transaksi militer. Transfer unilateral mengacu
pada kiriman atau pemberian dana dari individu dan pemerintah domestik kepada pihak
asing, serta berbagai kiriman dari pihak asing (pemerintah maupun individu)
kepada pihak domestik (pemerintah atau individu) pendapatan dari ekspor barang
dan jasa, serta penerimaan transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi
berjalan sebagai kredit (+) karena transaksi itu membawa penerimaan pembayaran
dari pihak luar negeri. Sebaliknya, pengeluaran untuk impor barang dan jasa
serta pengeluaran transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan
sebagai debet (-) karena hal itu mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak
domestik kepada pihak luar negeri.
Transaksi ekspor meliputi ekspor barang dan ekspor jasa.
Ekspor barang meliputi barang-barang yang bisa dilihat secara fisik seperti
minyak, kayu, tembakau, timah dan sebagainya. Ekspor jasa misalnya penjualan
jasa-jasa angkutan, tourisme, dan asuransi. Dalam transaksi jasa ini termasuk
juga pendapatan dari investasi capital di luar negeri. Impor barang misalnya
barang konsumsi, bahan mentah untuk industri. Sedang impor jasa meliputi pembelian
jasa-jasa dari penduduk negara lain. Termasuk dalam impor jasa adalah
pembayaran pendapatan (bunga, deviden, atau keuntungan) untuk modal yang
ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain.
Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus.Surplus
transaksi berjalan menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Ini
berarti bahwa suatu Negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing,
sehingga mempunyai saldo (+) dalam investasi luar negeri. Sebaliknya
defisit transaksi beijalan berarti impor lebih besar daripada ekspor, sehingga
terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi
berjalan sangat erat hubungannya dengan pendapatan nasional, karena ekspor dan
impor merupakan komponen penghasilan nasional. Hal ini dapat dilihat pada
persamaan:
Y=
C+I+G+(X-M)
Dimana
Y adalah pendapatan nasional, C untuk pengeluaran konsumsi, I pengeluaran
investasi (swasta), G adalah pengeluaran pemerintah |dan (X-M) adalah neraca
perdagangan (netto).
Apabila (X-M) positif berarti (C+I+G)<Y, implikasinya
bahwa suatu negara menghasilkan lebih banyak dari yang digunakan
sehingga kelebihannya dijual ke luar negeri. Sebaliknya (X-M) negatif berarti
negara tersebut pengeluarannya lebih besar daripada yang dihasilkannya. Dengan
demikian jelas bahwa suatu negara akan bisa memperbaiki neraca perdagangannya
apabila dapat meningkatkan hassil nasional lebih besar daripada penggunaannya. Ada 3
persoalan pokok yang dapat menimbulkan defisit dalam neraca transaksi berjalan
yaitu (Roswita dalam Supriyanto dan Agung F Sampurna, 1999):
a.
Defisit neraca perdagangan lebih besar dari surplus neraca jasa
b.
Defisit neraca jasa lebih besar dari surplus neraca perdagangan
c
Defisit neraca perdagangan disertai defisit neraca jasa
Tiga
persoalan diatas sekaligus menunjukkan ringan dan beratnya defisit dalam neraea
transaksi berjalan.
Persoalan lama yang dihadapi Indonesia mengenai transaksi
luar negeri adalah defisit dalam neraca jasa. Defisit ini disebabkan oleh
defisit dalam transaksi jasa migas dan non migas. Dalam hal jasa minyak
misalnya Indonesia harus membayar kontrak karya (contract of work = COW), bagi
hasil (production sharing) yang cukup besar kepada kontraktor asing yang memang
memiliki teknologi canggih. Sedangkan untuk transaksi jasa non migas defisit
neraca jasa juga disebabkan oleh masih tingginya freight on impor (biaya
perkapalan) disamping interest payment (pembayaran bunga) dan profit transfer
untuk para investor penanaman modal asing (Widodo, 1990:92).
2.
Neraca Modal (Capital Account)
Neraca modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang
khusus mencatat arus masuk dan arus keluar dari pinjaman dan investasi asing,
serta segenap pembayaran bunga dan cicilan hutang. Neraca modal menunjukkan
perubahan dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri dan asset luar
negeri di negara itu, di luar asset cadangan pemerintah.
Kenaikan dalam aset negara di luar negeri dan pengeluaran
dalam aset luar negeri di negara itu (selain daripada aset pemerintah)
merupakan arus keluar modal (capital outflow) atau debet (-), karena hal itu
menyebabkan pembayaran kepada pihak asing. Dilain pihak penurunan dalam asset
negara tersebut di luar negeri dan kenaikan asset luar negeri di negara itu
adalah arus masukan modal (capital) atau kredit karena hal itu menimbulkan
penerimaan dari orang asing. Transaksi modal dapat dibagi dua, yaitu (Halwani,
2002:168):
1)
Transaksi modal jangka pendek, meliputi:
a) Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi
kredit) atau kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain
(transaksi debet).
b) Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau
deposito bank didalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit).
c) Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek
(transaksi debet) atau penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek
kepada penduduk negara lain (transaksi kredit).
2)
Transaksi modal jangka panjang, meliputi:
a) Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet)
atau investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit).
b) Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik
penduduk negara lain (transaksi debet) atau pembelian surat-surat berharga
jangka panjang dalam negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).
c) Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada
penduduk negara lain (transaksi debet) atau pinjaman jangka panjang yang
diterima dari penduduk negara lain (transaksi kredit). Jadi setiap transaksi
modal yang menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan suatu negara di luar
negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau merupakan transaksi debet
(kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan
(penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan aliran modal masuk
(keluar) atau merupakan transaksi debet (kredit).
3. Cadangan Devisa
Cadangan
devisa adalah sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh bank
sentral (di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia). Dana ini digunakan untuk
membiayai impor dan kewajiban lain kepada pihak asing, seperti pembayaran
pinjaman luar negeri. Besar kecilnya cadangan devisa tergantung pada neraca
pembayaran. Cadangan devisa berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan ekspor
bersih atau surplus neraca modal (B. E Julianery dalam Hariawan Rahwanto,
2007).
4.
Selisih Perhitungan
Rekening
ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit
tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya
rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan
debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama {balance).
C.
Struktur Neraca Pembayaran
Dilihat
dari strukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Masing-masing komponen
dalam kelompok terdiri dari sisi kredit dan debit. Sisi kredit mencatat
transaksi-transaksi yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk
menerima pembayaran. Sisi debit mencatat transaksi-transaksi yang menimbulkan
kewajiban membayar bagi penduduk suatu negara terhadap penduduk negara lain.
Struktur neraca pembayaran terdiri dan beberapa komponen berikut ini (Sugiyono,
2002:17-18):
a.
Transaksi berjalan
1. Perdagangan barang
1.1. ekspor
1.2. impor
2. Jasa-jasa
3. Penghasilan
4. Transfer
b.
Transaksi modal dan keuangan
1. Transaksi Modal
2. Transaksi keuangan di luar cadangan devisa
1.1. Penanaman modal langsung
1.2. Investasi surat berharga
1.3. Investasi lainnya
c.
Perubahan cadangan devisa
d.
Selisih perhitungan
II.DATA
NERACA PEMBAYARAN
Data
neraca pembayaran Negara Indonesia mulai tahun 1999 sampai tahun 2010 sesudah
Negara Indonesia mengalami kriss global.
Tahun
|
N.
Dagang
|
N.
Jasa
|
T.
Berjalan
|
N.Modal
|
selisih
|
1990
|
5115
|
-8856
|
-3741
|
6780
|
263
|
1991
|
4911
|
-9263
|
-4352
|
5551
|
-218
|
1992
|
7986
|
-10547
|
-2561
|
5199
|
-1199
|
1993
|
7377
|
-10317
|
-2940
|
5711
|
-2044
|
1994
|
7901
|
-11416
|
-2792
|
3839
|
-263
|
1995
|
6251
|
-13239
|
-6978
|
11463
|
-1825
|
1996
|
6219
|
-14288
|
-8069
|
12668
|
-701
|
1997
|
13458
|
-15157
|
-1699
|
-7629
|
-775
|
Data neraca pembayaran
Negara Indonesia mulai tahun 1999 sampai tahun 2010 sesudah Negara Indonesia
mengalami krisis global
Tahun
|
N.
Dagang
|
N.
Jasa
|
T.
Berjalan
|
N.Modal
|
selisih
|
1999
|
20641
|
-14859
|
5783
|
-4569
|
2079
|
2000
|
25041
|
-17050
|
7991
|
-6773
|
3823
|
2001
|
23559
|
-18414
|
5145
|
-4783
|
1537
|
2002
|
6065
|
-3629
|
2436
|
-215
|
-1450
|
2003
|
23708
|
-16455
|
7253
|
-949
|
-2648
|
2004
|
21830
|
-17671
|
4159
|
-1756
|
-2458
|
2005
|
18032
|
-17034
|
998
|
-2128
|
3169
|
2006
|
22322
|
-21982
|
340
|
-3064
|
1534
|
2007
|
29003
|
-22349
|
6654
|
-584
|
-1427
|
2008
|
22916
|
-22789
|
126
|
-1832
|
-2105
|
2009
|
30932
|
-20304
|
10268
|
4852
|
-2975
|
2010
|
30627
|
-24973
|
5654
|
26135
|
-1559
|
BAB III
METODE PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. RUANG
LINGKUP PENELITIAN
Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan neraca pembayaran maka penulis menetapkan
ruang lingkup penelitian yaitu menggunakan variabel independen (variabel
terikat) yaitu inflasi dan variabel dependen (variabel bebas) yaitu
pengangguran dan pertumbuhan.
3.2. JENIS DAN
SUMBER DATA
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah
data sekunder yang diperoleh melalui laporan, dimana data yang dikumpulkan
bersumber dari badan pusat statistik (BPS) provinsi sumatera utara. Data
berbentuk data berkala (time series) dengan periode tahun 1990 sampai 2010 (21
tahun) sehingga hasil penelitian ini merupakan penggunaan data selama periode
tersebut.
3.3. MODEL
ANALISIS
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan model analisis regresi linier sederhana.
3.4. ANALISIS
DATA
Model yang digunakan dalam
menganalisis data ini adalah model ekonometrika. Didalam menganalisis data
tersebut dijelaskan terlebih dahulu hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen, dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut :
Untuk menguji dengan model
Dimana,
Y
= variabel dependen (variabel terikat ) yaitu inflasi
X1=
variabel independen (variabel bebas) yaitu pertumbuhan ekonomi
X2= variabel independen(variabel bebas) yaitu pengangguran
Untuk membuktikan hubungan atau keterkaitan antara tingkat inflasi dengan
pertumbuhan ekonomi dalam pengolahan data digunakan software pengolah data
statistik yaitu Eviews 6.1 dengan
data sebagai berikut :
Tahun
|
Tingkat
inflasi (%)
|
Tingkat
Pengangguran (%)
|
Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi (%)
|
1990
|
9.53
|
2.51
|
9.00
|
1991
|
9.52
|
2.59
|
8.92
|
1992
|
4.94
|
2.74
|
7.22
|
1993
|
9.77
|
2.76
|
7.25
|
1994
|
9.24
|
4.46
|
7.53
|
1995
|
8.64
|
3.52
|
8.21
|
1996
|
6.47
|
4.06
|
7.82
|
1997
|
11.05
|
4.60
|
4.70
|
Tahun
|
Tingkat
inflasi (%)
|
Tingkat
Pengangguran (%)
|
Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi (%)
|
1998
|
77.63
|
5.46
|
-13.13
|
1999
|
2.01
|
6.36
|
0.8
|
2000
|
9.35
|
6.08
|
4.9
|
2001
|
12.55
|
8.10
|
3.64
|
2002
|
10.03
|
9.09
|
4.50
|
2003
|
5.06
|
9.57
|
4.72
|
2004
|
6.40
|
9.86
|
5.03
|
2005
|
17.11
|
10.26
|
5.69
|
2006
|
s6.60
|
10.28
|
5.50
|
2007
|
6.59
|
9.12
|
6.35
|
2008
|
11.06
|
8.39
|
6.02
|
2009
|
2.78
|
7.87
|
4.63
|
2010
|
6.96
|
7.41
|
6.20
|
Dimana :
Y = Tingkat inflasi (%)
X1 = Tingkat pengangguran (%)
X2 = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)
Dependent Variable: Y
|
|
|
||
Method: Least Squares
|
|
|
||
Date: 06/06/12 Time: 15:45
|
|
|
||
Sample: 1990 2010
|
|
|
||
Included observations: 21
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
34.91280
|
4.832516
|
7.224559
|
0.0000
|
X1
|
-1.240308
|
0.601740
|
-2.061202
|
0.0540
|
X2
|
-3.055218
|
0.365260
|
-8.364512
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.796353
|
Mean
dependent var
|
11.58524
|
|
Adjusted R-squared
|
0.773725
|
S.D.
dependent var
|
15.50404
|
|
S.E. of regression
|
7.375015
|
Akaike
info criterion
|
6.965636
|
|
Sum squared resid
|
979.0351
|
Schwarz
criterion
|
7.114854
|
|
Log likelihood
|
-70.13918
|
Hannan-Quinn
criter.
|
6.998020
|
|
F-statistic
|
35.19408
|
Durbin-Watson
stat
|
2.347430
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000001
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program computer di atas
menunjukkan bahwa persamaan fungsinya adalah : Y= 34.91 -1.240 X1- 3.055 X2
Hubungan inflasi terhadap pengangguran
Koefisiennya -1.240
Artinya, kenaikan tingkat inflasi satu persen akan
mengurangi pengangguran sebesar -1.240 persen. Jadi hubungannya antara inflasi
dengan tingkat pengangguran adalah negatif, yang artinya jika tingkat inflasi
meningkat maka pengangguran akan menurun juga. Sebaliknya jika tingkat inflasi
menurun maka tingkat pengangguran semakin meningkat.
Hubungan inflasi dengan pertumbuhan ekonomi :
Koefisiennya -3,.055
Artinya, kenaikan tingkat inflasi satu persen akan
mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar -3.055 persen. Jadi hubungannya antara inflasi
dengan tingkat pertumbuhan adalah negatif, yang artinya jika tingkat inflasi
meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan menurun juga. Sebaliknya jika tingkat
inflasi menurun maka tingkat pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan
harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus-menerus dalam jangka
waktu yang lama.
Inflasi mempunyai hubungan dengan tingkat pengangguran Artinya, kenaikan tingkat inflasi satu persen akan mengurangi pengangguran
sebesar -1.240 persen. Jadi hubungannya antara inflasi dengan tingkat
pengangguran adalah negatif, yang artinya jika tingkat inflasi meningkat maka
pengangguran akan menurun juga. Sebaliknya jika tingkat inflasi menurun maka
tingkat pengangguran semakin meningkat. Inflasi juga mempunyai hubungan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi Artinya, kenaikan tingkat inflasi satu persen akan
mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar -3.055 persen. Jadi hubungannya antara
inflasi dengan tingkat pertumbuhan adalah negatif, yang artinya jika tingkat
inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan menurun juga. Sebaliknya jika
tingkat inflasi menurun maka tingkat pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisis
pengolahan data yang diambil sebagai sampel yaitu inflasi tahun 1990 sampai
2010 dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 1990 sampai 2010 di indonesia. Dari hasil yang regresi yang
didapat, maka diketahui bahwa hubungan antara inflasi dengan pengangguran
mempunyai hubungan yang negatif yang artinya jika inflasi meningkat maka
tingkat pengangguran akan menurun dan
sebaliknya. Dan hubungan inflasi dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan
yang negatif yang artinya jika inflasi meningkat maka tingkat pertumbuhan
ekonomi akan menurun dan sebalikknya.
Sedangkan
hasil dari koefisien korelasi antara inflasi, pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi yaitu 0.8923 yang
artinya pengaruh inflasi, pengangguran dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
mempunyai pengaruh yang lemah, karena
masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan
ekonomi seperti tingkat pendapatan.
4.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hubungan
yang positif yaitu jika inflasi meningkat maka tingkat pertumbuhan ekonomi
meningkat dan sebaliknya. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjaga agar
inflasi tidak naik setiap tahunnya agar permasalahan-permasalahan yang timbul
dari meningkatnya inflasi , tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat dan
kesejahteraan masyarkat juga akan meningkat. Dengan demikian maka pembangunan
di sumatera utara dapat terlaksana dengan baik.
4.3
Daftar Pustaka
Boediono, Ekonomi
Moneter.1998.Yogyakarta. BPFE
Langganan:
Postingan (Atom)