Senin, 03 September 2012

Masalah Pendistribusian Sumber Daya Air


BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah asal muasal dari segala macam bentuk kehidupan di planet bumi ini. Dari air bermula kehidupan dan karena air peradaban tumbuh dan berkembang. Logika sederhananya, tanpa air peradaban akan surut dan bahkan kehidupan akan musnah karena planet bumi akan menjadi sebuah bola batu dan pasir raksasa yang luar biasa panas, masif, dan mengambang di alam raya menuju kemusnahan. Air menopang kehidupan manusia termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup di bumi. Karena itulah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan bahwa air merupakan hak azasi manusia, artinya setiap manusia di muka bumi ini mempunyai hak dasar yang sama terhadap pemakaian air.
Namun, inilah yang saat ini menjadi pokok masalah kita, umat manusia. Air secara sangat cepat menjadi sumberdaya yang makin langka dan tidak ada sumber penggantinya. Walaupun sekitar 70 persen permukaan bumi ditempati oleh air, namun 97 persen darinya adalah air asin dan tidak dapat langsung dikonsumsi oleh manusia. Dari jumlah yang sedikit yang mungkin dapat dimanfaatkan tersebut, manusia masih menghadapi permasalahan yang amat mendasar. Pertama, adanya variasi musim dan ketimpangan spasial ketersediaan air. Pada musim hujan, beberapa bagian dunia mengalami kelimpahan air yang luar biasa besar dibandingkan dengan bagian lain sehingga berakibat terjadinya banjir dan kerusakan lain yang ditimbulkannya. Pada musim kering, kekurangan air dan kekeringan menjadi bencana yang mengerikan di beberapa bagian dunia lainnya yang mengakibatkan terjadinya bencana kelaparan dan kematian.


BAB II
PEMBAHASAN
1.     SIKLUS HIDROLOGI
Air yang terdapat di alam ini tidak semata-mata dalam bentuk cair, tetapi dapat berubah dalam bentuk padat, serbuk, dan gas, seperti es, salju dan uap yang terkumpul di atmosfir. Air yang ada di alam ini tidaklah statis tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka panjang air yang tersedia di alam selalu mengalami perpindahan. Penguapan terjadi pada air laut, danau, sungai, tanah, mau pun tumbuh-tumbuhan melalui panas matahari. Kemudian lewat suatu proses waktu, air dalam bentuk uap terkumpul di atmosfir dalam bentuk gumpalan-gumpalan awan hingga mengalami perubahan dalam bentuk butir-butir air dan butir-butir es. Kemudian  butir-butir inilah yang jatuh ke bumi berupa hujan, es dan salju.
Air yang jatuh ke bumi akan mengalami beberapa kejadian antara lain:
a.       Air akan segera menguap kembali ke atmosfir (evaporasi)
b.      Air akan membentuk kolam, danau dan sungai kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh-tumbuhan kembali ke atmosfir melalui penguapan dari danau (transpirasi).
c.       Air akan jatuh dalam bentuk salju di pegunungan dan tersimpan di permukaan sampai mencair kembali kemudianmeresap kedalam tanah.
d.      Air akan merembes melalui permukaan tanah kemudian masuk kedalam tanah atau lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah tanah (aquifers).
e.       Air akan mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudianmasuk ke dalam sungai.
f.       Air akan terjerat dalam bentuk es di kutub esatau sungai es (gletser).
Kalau kita kembali pada kejadian pertama dan kedua di atas, tampak bahwa air masuk kembali kealiran atmosfir sehingga tidak tersedia untuk pengembalian. Sedangkan dengan kejadian yang lain, air memasuki tahapan-tahapan dari siklus hidrologi sehingga tersedia untuk manusia sebelum kembali ke atmosfir atau terbuang ke laut.
Untuk kepentingan penghuni alam ini proses atau terjadinya sirkulasi hidrologi itu sendiri yang menyebabakan air akan selalu tersedia untuk manusia. Air yang jatuh ke bumi sebelum kembali ke atmosfir atau ke laut diharapkan akan dapat dimanfaatkan  sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia. Hal ini akan terlaksana apabila proses siklus hidrologi itu berjalan stabil, maksudnya jika air jatuh ke bumi terlebih dahulu meresap ke dalam tanah atau tersimpan di kolam, danau dan sungai-sungai dalam jumlah yang cukup melimpah, kemudian dimanfaatkan oleh manusia. Selanjutnya air buangan setelah penggunaan ini akan kembali ke atmosfir atau ke laut .Apabila proses siklus hidrologi ini terganggu, maksudnya bila ada kerusakan-kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi, seperti kerusakan hutan, pemukiman yang padat dan sebagainya. Maka air yang jatuh ke bumi sebagian besar akan menguap kembali ke atmosfir aatau mengalir langsung  (run-off) ke laut sehingga yang tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil saja.
Secara garis besar proses aliran siklus hidrologi ini meliputi:
a.       Air dari permukaan laut menguap yang di sebut “evaporasi”.
b.      Air dari tumbuh-tumbuhan juga yang menguap yang di sebut transpirasi.
c.       Peralihan secara horizontal dari uap air/udara.
d.      Presipitasi (hujan).
e.       Run-off air langsung mengalir ke laut.
Penguapan dapat dikatakan sebagai awal dari sirkulasi hidrologi. Proses penguapan ini terjadi melalui energi matahari yang menimpa permukaan air, sehinggga air akan menguap ke udara dalam bentuk uap gas yang kemudian berkumpul di atmosfir, membentuk gumpalan-gumpalan awan. Oleh karena 2/3 dari luas permukaan bumi terdiri dari lautan maka bagian terbesar dari penguapan berasal dari lautan dan sisanya berasal dari danau,sungai-sungai dan tumbuh-tumbuhan. Uap air dalam bentuk gas di atmosfir akan mengalami proses perubahan bentuk yang dikenal dengan kondensasi, yaitu dari gas ke cair membentuk butir-butir air atau salju yang dikenal dengan proses presipitasi atau hujan. Air yang jatuh ke bumi ini sebagian mengalir langsung ke laut. Air yang di daratan sebagian akan tampak dipermukaan tanah berupa danau,mata air dan sungai dan sebagian akan meresap kedalam tanah membentuk air tanah.

2.     MASALAH PENGGUNAAN SUMBER DAYA  AIR
Dalam pengunaan sumber daya air yang terbaik ada permasalahan pokok yang harus dihadapi, antara lain:
a)      Bagaimana pengalokasian air yang tersedia di antara berbagai sektor?
Air dimanfaatkan oleh berbagai sektor ekonomi antara lain rumah tangga, industri dan infrastruktur. Penggunaan air untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelentor kotoran atau sisa industri. Penggunaan air untuk rumah tangga terdiri dari penggunaan untuk air minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya, sedangkan infrastruktur mengunakan air untuk pembangkit tenaga listrik. Masalah yang terpenting ialah bagaimana mengalokasikan air ke berbagai sektor guna mendapatkan manfaat sosial optimal. Pengunaan air yang berlebihan cenderung terjadi pada sektor pertanian. Di samping itu berkaitan dengan segi bangunan pengatur distribusi air yang seringkali belum memadai. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam pengalokasian air adalah dengan memegang prinsip “ nilai guna batas” yang sama di antara banyak pengguna.
b)      Bagaimana mendistribusikan air di antara pemakai air?
Masalah distribusi air di antara pemakai menyangkut pengguna air di masing-masing sektor. Dari berbagai sektor itu perlu dipikirkan bagaimana cara mendistribusikannya agar selalu tersedia bagi masing-masing sektor dalam jumlah yang cukup dan kontinyu. Penggunaan air di antara para pemakai diharapkan memberikan manfaat yang optimal dengan pedoman “ nilai guna batas” di antara para pemakai harus sama.
c)      Bagaimana mengalokasikan air itu di antara daerah yang berbeda?
Pendistribusian di antara daerah-daerah yang berbeda adalah menyangkut begaimana membagi satu sumber air yang terdapat pada suatu daerah ke daerah-daerah sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan masing-masing daerah yang perlu diketahui, terutama sekali bagi daerah yang kering yang segera harus mendapatkan air dari daerah lainnya yang basah, sehingga cara apa yang harus di tempuh apakah dengan saluran pipa, saluran irigasi, sungai buatan.
d)     Bagaimana mendistribusikan air di antara waktu?
Masalah distribusi air di antara waktu menyangkut bagaimana menjaga kapasitas air yang tersedia agar dalam jangka waktu tertentu selalu dapat memenuhi permintaan. Terutama yang menyangkut kapasitas penyediaan air bersih untuk perkotaan yang diukur dalam satuan waktu. Untuk itu perlu memelihara sumber-sumber penyediaan air, dengan maksud untuk dapat menjaga tersedianya air secara tetap di masa-masa yang akan datang.
e)      Bagaimana seharusnya pengelolaan air atau siapa pengelola sumber daya air?
Yang menjadi pengelola air itu adalah pemerintah. Mengingat air adalah barang yang dibutuhkan oleh setiap orang, maka aspek keadilan perlu mendapat perhatian dari pemerintah.

3.     MASALAH PENDISTRIBUSIAN SUMBER DAYA AIR
               Di dalam menentukan distribusi air ada beberapa pedoman. Satu diantaranya adalah prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Prinsip ini menghendaki agar sumber daya air dialokasikan secara efisien. Atas dasar “equi marginal value in use” yaitu penggunaan air pada pemakaian satuan yang terakhir harus memberikan nilai guna batas (marginal value) yang untuk masing-masing penggunaan.
             Dalam penggunaan air yang sifatnya bersaing atau substitusi. Misalnya antara penggunaan air untuk industri atau hidropower dan penggunaan air untuk irigasi. Perlu diketahui bahwa MVU akan menurun bersamaan dengan jumlah pemakaian air yang meningkat dan sebaliknya akan meningkat dengan penggunaan air yang semakin sedikit. Prinsip ini menegaskan bahwa sumberdaya air akan dialokasikan untuk selurih pemakai dan penggunaan sampai diperoleh nilai penggunaan marginal yang sama dari masing-masing penggunaan satuan air yang terakhir. Pemakaian akan berhenti pada saat satuan air yang terakhir memberikan nilai batas yang sama diantara penggunaan yang bersaingan tersebut. Pada keadaan ini penggunaan air mencapai tingkat yang paling efisien. Sebagai ukuran dari MVU itu adalah kesediaan membayar dari masing-masing pihak atas tambahan satuan air terakhir yang dikonsumsi atau MVU1 = MVU2 dalam gambar 11.2.
      MU                                                                                                                 MU
 

   Irigasi                                                                         
                                                                                 A
                                                                                                                              Industri
     MU*                                                                                                                             
                                                                                     B
                            MVU II                                                            MVU I
                                                                              


               0                                           W*                W                                     0
Jumlah Air
Gambar 11.2.
Kesediaan Membayar Atas Tambahan Satuan Air
Terakhir Yang Dikonsumsi sebagai Pedoman Alokasi
Sumber Air
Keterangan:
MVU I   : marginal value in use untuk irigasi
MVU II  : marginal value in use untuk industri
Dalam gambar 11.2. efisiensi akan tercapai pada perpotongan antara MVU  dan MVU  dengan jumlah penggunaan air sebesar OW* untuk sektor irigasi dan O’W* untuk sektor industri dengan nilai batas setinggi MU*. Jumlah air seluruhnya adalah OO’. Apabila penggunaan air untuk irigasi sebanyak OW’ dan untuk industri sebanyak O’W’, maka MU disektor irigasi setinggi BW’ lebih rendah daripada MU disektor industri setinggi AW’, keadaan seperti ini akan mendorong pengalokasian air ke sektor industri lebih banyak lagi dan mengurangi pengalokasian air disektor pertanian sampai pada distribusi air yang paling efisien tercapai yaitu pada OW* untuk irigasi dan O’W* untuk sektor industri.
Dalam penggunaan yang komplementer , misalkan antara penggunaan air untuk tenaga pembangkit listrik ( PLTA) dan penggunaan air untuk irigasi. Keduanya secara bersama-sama bersaing dengan penggunaan air ntuk keperluan irigasi. Dalam hubungannya dengan prinsip nilai guna batas yang sama diantara berbagai penggunaan, maka dalam hal ini MVU dari kelompok pemakai yang komplementer harus dijumlahkan dulu untuk membentuk suatu marginal value in use gabungan (MVUj) untuk dibandingkan dengan MVU dari penggunaan yang bersaing. Jadi dengan contoh penggunaan diatas, maka prinsip nilai guna batas yang sama diantara penggunaan akan dicapai bilamana MVU PLTA bersama-sama dengan industri akan sama dengan MVU irigasi. Atau kalau kita masukkan unsur biaya dalam analisa kita, maka jumlah MVU yang komplementer akan sama dengan biaya marginal ( MC), atau MVU = MVU = MC. Pembentukan MVU dalam grafik akan tampak sebagaimana dalam gambar 11.3.
Dari kedua uraian diatas perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada adanya pembentukan MVU gabungan pada penggunaan yang komplementer dan kemudian untuk penggunaan yang optimal MVU gabungan ini dihadapkan dengan penggunaan yang bersaing dengannya atau dihubungkan dengan biaya marginal ( MC ). Hal ini mengingat prinsip pencapaian keuntungan yang maksimal yaitu penerimaan atau manfaat marginal harus sama dengan biaya marginal dan sama dengan harga.

        MU                                                                                                      MU

                                                                        MVU Gabungan
            MVU Industri
                                                                                    MVU Irigasi
                                                                                     MVU PLTA




0                                       A                   jumlah air                            0                                 
Gambar 11.3.
 Alokasi Sumberdaya Air antara Kegiatan yang Bersaing dan Kegiatan yang Komplementer 

4.     PENENTUAN HARGA AIR
Perbedaan harga air tidak selalu mencerminkan adanya diskriminasi harga, karena pada dasarnya harga air itu selalu sama untuk semua macam penggunaan maupun semua macam pemakai, yaitu bila pendistribusiannya dikaitkan dengan prinsip equimarginal value in use. Perbedaan harga air hanya akan terjadi karena adanya perbedaan dari segi biaya yang harus dibebankan atau ditanggung oleh konsumen. Selanjutnya penentuan harga bagi konsumen akan berbeda-beda karena adanya perbedaan biaya marginal, bukan karena diskriminasi harga.
Namun demikian tidak menutup adanya kemungkinan diskriminasi harga dalam hal air ini. Diskriminasi harga mungkin akan dikenakan kepada konsumen sebagai upaya perusahaan untuk menyerap sebagian surplus konsumen. Misalkan perusahaan air minum (PAM) memungut satu tarif bagi 100 m3 air pertama per periode waktu, kemudian memungut harga yang lebih rendah bagi 50 m3 berikutnya dan kemudian memungut harga yang lebih rendah lagi bagi semua tambahan m air selebihnya. Seandainya konsumen memakai air sebanyak 200 m3 selama satu bulan, maka ia harus membayar sebanyak 100 Pa1 +50Pa2+50Pa3, dimana P adalah harga air dan P a1>P a2>P a3. Jika tanpa diskriminasi harga, maka konsumen hanya akan membayar sebesar 200P. Ini berarti dengan diskriminasi harga konsumen akan membayar lebih banyak, yaitu (100P a1 +50P a2+50P a3)>200P a3. Selisih dari keduanya menunjukkan besarnya surplus konsumen yang diserap oleh perusahaan air minum. Apabila kita memperhatikan uraian di atas, maka sesungguhnya akan terdapat hanya satu harga saja bagi semua konsumen atau pemakai air. Perbedaan harga terjadi hanya karena perbedaan jumlah yang dikonsumsi. Model diskriminasi harga ini dalam teori ekonomi mikro dikenal dengan diskriminasi harga derajat dua. Diskriminasi harga semacam ini akan merangsang konsumen untuk mengkonsumsi air lebih banyak lewat potongan harga, yaitu semakin banyak air yang dibeli akan semakin banyak pula potongan harganya.
Dalam harga produksi air akan diadakan pembagian biaya berdasarkan klasifikasi dari Hopkinsons, yang menurut anggapannya biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi, yaitu pada jumlah langganan, pada kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan pada jarak pengiriman atau  penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, maka biaya produksi dibedakan kedalam biaya kapasitas, biaya langganan, dan biaya penyerahan.
Untuk penentuan harga air ada dua cara yaitu atas dasar Marginal Cost Pricing dan atas dasar Average Cost Pricing. Dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu pertimbangan laba dan pertimbangan distribusi untuk lebih banyak barang tersedia dalam masyarakat. Agar kerugian perusahaan tidak berjalan terus, ada beberapa cara yang dapat ditempuh yaitu :
a.       Melalui pemberian subsidi oleh pemerintah
b.      Berusaha untuk menyerap sebagian dari consumer surplus
c.       Dengan system dua tariff
d.      Dengan diskriminasi harga

5.     PENGELOLAAN SDA
Pengelolaan sumberdaya air semakin hari semakin dihadapkan ke berbagai permasalahan. Permasalahan umum dalam pengelolaan sumber daya air pada dasarnya terdiri atas 3 aspek yaitu terlalu banyak air, kekurangan air dan pencemaran air. Peningkatan kebutuhan akan air telah menimbulkan eks-ploitasi sumber daya air secara berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan sumber daya air yang pada gilirannya menurunkan kemampuan pasokan air. Gejala degradasi fungsi lingkungan sumber daya air ditandai dengan fluktuasi debit air di musim hujan dan kemarau yang semakin tajam, pencemaran air, berkurangnya kapasitas waduk dan lainnya. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan secara holistic, untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi. Semua pihak terkait perlu dilibatkan dalam setiap tahap pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya air dari tahap perencanaan sampai dengan operasi dan pemeliharaan. Dalam pengelolaan sumber daya air, pemerintah daerah tidak boleh memandang air hanya sebagai komoditas ekonomi tetapi perlu mempertimbangkan fungsi sosialnya. Pemakai air perlu memberikan kontribusi biaya pengelolaan air, dengan prinsip pembayaran pengguna dan pembayaran polusi serta adanya subsidi silang.


BAB III
Kesimpulan
Air yang jatuh ke bumi akan mengalami beberapa kejadian antara lain:
a.       Air akan segera menguap kembali ke atmosfir (evaporasi)
b.      Air akan membentuk kolam, danau dan sungai kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh-tumbuhan kembali ke atmosfir melalui penguapan dari danau (transpirasi).
c.       Air akan jatuh dalam bentuk salju di pegunungan dan tersimpan di permukaan sampai mencair kembali kemudianmeresap kedalam tanah.
d.      Air akan merembes melalui permukaan tanah kemudian masuk kedalam tanah atau lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah tanah (aquifers).
e.       Air akan mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudianmasuk ke dalam sungai.
f.       Air akan terjerat dalam bentuk es di kutub esatau sungai es (gletser).
Dalam pengunaan sumber daya air yang terbaik ada permasalahan pokok yang harus dihadapi, antara lain:
1.      Bagaimana pengalokasian air yang tersedia di antara berbagai sektor?
2.      Bagaimana mendistribusikan air di antara pemakai air?
3.      Bagaimana mengalokasikan air itu di antara daerah yang berbeda?
4.      Bagaimana mendistribusikan air di antara waktu?
5.      Bagaimana seharusnya pengelolaan air atau siapa pengelola sumber daya air?
Dalam harga produksi air akan diadakan pembagian biaya berdasarkan klasifikasi dari Hopkinsons, yang menurut anggapannya biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi, yaitu pada jumlah langganan, pada kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan pada jarak pengiriman atau  penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, maka biaya produksi dibedakan kedalam biaya kapasitas, biaya langganan, dan biaya penyerahan.

1 komentar:

  1. Pendistribusian sumber daya air juga menjadi salah satu fokus permasalahan di negeri ini. Jika segera tak teratasi akan menjadi masalah yg terbengkalai. Namun biar bagaimana pun sosok Pak Prabowo dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan sumber daya air sesuai visi transformasi bangsa.

    BalasHapus